KERAJAAN TERNATE DAN TIDORE
A. LETAK KERAJAAN
Secara geografis kerajaan Ternate dan Tidore
terletak di Kepulauan Maluku, antara Sulawesi dan Papua. Letak tersebut sangat
strategis dan penting dalam dunia perdagangan masa itu. Pada masa itu,
kepulauan Maluku merupakan penghasil rempah-rempah terbesar sehingga dijuluki
sebagai “The Spicy Island”. Rempah-rempah menjadi komoditas utama dalam dunia
perdagangan pada saat itu, sehingga setiap pedagang maupun bangsa-bangsa yang
datang dan bertujuan ke sana. Melewati rute perdagangan tersebut agama Islam
meluas ke Maluku, seperti Ambon, Ternate, dan Tidore. Keadaan seperti ini telah
mempengaruhi aspek-aspek kehidupan masyarakatnya, baik dalam bidang politik,
ekonomi, sosial, dan budaya.
Pada abad ke
14 Masehi, di Maluku Utara telah berdiri 4 kerajaan yaitu Jailolo,Ternate,
Tidore, dan Bacan. Masing-masing kerajaan dipimpin oleh seorang kolano. Keempat
kerajaan tersebut berasal dari satu keturunan, yaitu JAFAR SADIK, seorang
bangsa Arab keturunan Nabi Muhammad saw. Kemajuan Ternate membuat iri kerajaan
lainnya. Beberapa kali keempat kerajaan tersebut terlibat perang memperebutkan
hegemoni rempah-rempah.
Namun,
akhirnya mereka dapat mengakhirinya dalam perundingan di Pulau Motir. Dalam
persetujan Motir ditetapkan Ternate menjadi kerajaan pertama, Jailolo kedua,
Tidore yang ketiga, dan Bacan yang keempat. Kerajaan- kerajaan di Maluku sangat
akrab menjalin hubungan ekonomi dengan pedagang Jawa sejak zaman Majapahit.
Pedagang Maluku sering mengunjungi bandar seperti Surabaya, Gresik, dan Tuban.
Sebaliknya, pedagang Jawa datang ke Maluku untuk membeli rempah-rempah.
Hubungan kedua belah pihak ini sangat berpengaruh terhadap proses penyebaran
agama islam di Indonesia. Sejak abad ke-13, Maluku sudah ramai dikunjungi oleh
pedagang-pedagang Islam dari Jawa dan Melayu. Seiring dengan ramainya
perdagangan, berdatangan pula para mubaligh dari Jawa Timur untuk mengajarkan
agama Islam.Salah seorang mubaligh yang berjasa menyiarkan agama islam di
Maluku ialah Sunan Giri dari Gresik, Jawa Timur.
Kerajaan Ternate merupakan kerajaan yang
mendapatkan pengaruh Islam dari para pedagang Jawa dan Melayu. Pusat
pemerintahan Ternate terdapat di Sampalu. Raja ternate yang pertama ialah
Sultan Zainal Abidin (1486-1500). Raja Ternate yang terkenal ialah Sultan
Harun. Hasil utama Ternate waktu itu ialah cengkeh dan pala.
B.
KEHIDUPAN POLITIK
Di kepulauan
Maluku terdapat kerajaan kecil, diantaranya kerajaan ternate sebagai pemimpin
Uli Lima yaitu persekutuan lima bersaudara. Uli Siwa yang berarti persekutuan
sembilan bersaudara. Ketika bangsa Portugis masuk, Portugis langsung memihak
dan membantu Ternate, Hal ini dikarenakan Portugis mengira Ternate lebih kuat.
Begitu pula bangsa Spanyol memihak Tidore akhirnya terjadilah peperangan antara
dua bangsa kulit, untuk menyelesaikan, Paus turun tangan dan menciptakan
perjanjian Saragosa. Dalam perjanjian tersebut bangsa Spanyol harus
meninggalkan Maluku dan pindah ke Filipina, sedangkan Portugis tetap berada di
Maluku.
Untuk dapat memperkuat kedudukannya, portugis
mendirikan sebuah benteng yang di beri nama Benteng Santo Paulo. Namun tindakan
Portugis semakin lama di benci oleh rakyat dan para penjabat kerajaan Ternate.
Oleh karena itu Sultan Hairun secara terang-terangan menentang politik monopoli
dari bangsa Portugis. Sultan Baabullah (Putra Sultan Hairun) bangkit menentang
Portugis. Tahun 1575 M Portugis dapat dikalahkan dan meninggalkan benteng.
C.
KEHIDUPAN EKONOMI
Tanah di kepulauan Maluku itu subur dan diliputi
hutan rimba yang banyak memberikan hasil diantaranya cengkeh dan di kepulauan
Banda banyak menghasilkan pala. Pada abad ke 12 M permintaan rempah-rempah
meningkat, sehingga cengkeh merupakan komoditi yang penting. Pesatnya
perkembangan perdagangan keluar Maluku mengakibatkan terbentuknya persekutuan.
Selain itu mata pencaharian perikanan turut mendukung perekonomian masyarakat.
D.
KEHIDUPAN
SOSIAL
Kedatangan bangsa Portugis di kepulauan Maluku
bertujuan untuk menjalin perdagangan dan mendapatkan rempah-rempah. Bangsa
Portugis juga ingin mengembangkan agama Katholik. Dalam 1534 M, agama Katholik
telah mempunyai pijakan yang kuat di Halmahera, Ternate, dan Ambon, berkat
kegiatan Fransiskus Xaverius. Seperti sudah diketahui, bahwa sebagian dari
daerah maluku terutama Ternate sebagai pusatnya, sudah masuk agama islam. Oleh
karena itu, tidak jarang perbedaan agama ini dimanfaatkan oleh orang-orang Portugis
untuk memancing pertentangan antara para pemeluk agama itu. Dan bila
pertentangan sudah terjadi maka pertentangan akan diperuncing lagi dengan
campur tangannya orang-orang Portugis dalam bidang pemerintahan, sehingga
seakan-akan merekalah yang berkuasa. Setelah masuknya kompeni Belanda di
Maluku, semua orang yang sudah memeluk agama Katholik harus berganti agama
menjadi Protestan. Hal ini menimbulkan masalah-masalah sosial yang sangat besar
dalam kehidupan rakyat dan semakin tertekannya kehidupan rakyat. Keadaan ini
menimbulkan amarah yang luar biasa dari rakyat Maluku kepada kompeni Belanda.
Di Bawah pimpinan Sultan Ternate, perang umum berkobar, namun perlawanan
tersebut dapat dipadamkan oleh kompeni Belanda. Kehidupan rakyat Maluku pada
zaman kompeni Belanda sangat memprihatinkan sehingga muncul gerakan menentang
Kompeni Belanda.
E.
KEHIDUPAN
BUDAYA
Rakyat Maluku, yang didominasi oleh aktivitas
perekonomian tampaknya tidak begitu banyak mempunyai kesempatan untuk
menghasilkan karya-karya dalam bentuk kebudayaan. Jenis-jenis kebudayaan rakyat
Maluku tidak begitu banyak kita ketahui sejak dari zaman berkembangnya
kerajaan-kerajaan Islam seperti Ternate dan Tidore.
Ø Sejarah Kerajaan Ternate dan Tidore
Jejak-jejak arkeologi atau bukti fisik pengaruh budaya
Islam dapat dilihat dengan berbagai bentuk tinggalan budaya Islam masa lampau
baik peninggalan kerajaan maupun peninggalan daerah negeri-negeri yang bercorak
Islam. Daerah Pusat kekuasaan Islam di wilayah Maluku Utara peninggalan
arkeologi yang monumental misalnya istana atau kedaton, masjid kuno, alqur’an
kuno dan berbagai naskah kuno lainnya, selain tentu saja berbagai benda pusaka
peninggalan kerajaan. Sementara itu, di wilayah Maluku bagian selatan, meskipun
tidak berkembang menjadi sebuah kesultanan dengan wilayah kekuasaan yang lebih
luas, namun pengaruh Islam dapat dilihat dengan adanya negeri-negeri bercorak
keagaaam Islam. Diantara negeri mbergabung menjadi kesatuan adat yang
menunjukkan adanya ikatan integrasi sosial yang kuat. Meskipun tidak berkembang
menjadi daerah Kesultanan namun negeri-negeri tersebut memiliki pemerintahan
dan simbol-simbol kepemimpinan tertentu. Selain itu dapat dijumpai pula
beberapa bangunan monumental peninggalan Islam yang tidak jauh berbeda dengan
peninggalan yang terdapat di pusat-pusat kekuasaan Islam diantaranya masjid
kuno, naskah kuno dan berbagai barang pusaka kerajaan
Secara
arkeologis bukti-bukti kemapanan Islam dapat ditelusuri di wilayah bekas
Kerajaan Hitu. Dapat dikatakan pada wilayah bagian selatan kepulauan Maluku,
kerajaan Hitu adalah sebuah wilayah dengan keagamaan dan budaya Islam yang
paling kuat dan paling mapan. Daerah ini selama ini memang dianggap sebagai
wilayah kerajaan Islam di Pulau Ambon yang kekuasaan dan keislamannya sejajar
dengan Ternate. Di wilayah ini ditemukan bekas Masjid Kuno Tujuh Pangkat, yang
dibangun diatas bukit bernama Amahitu. Selain bekas masjid kuno ditemukan juga
naskah alquran kuno dan naskah kuno lainnya, pucuk mustaka masjid kuno, mahkota
raja, kompleks makam raja, penanggalan Islam kuno, timbangan zakat fitrah dan
lain-lain (Handoko, 2006; Sahusilawane 1996). Dari data arkeologi ini dapat
menggambarkan bahwa kerajaan Hitu merupakan wilayah kerajaan dengan corak
budaya Islam yang kuat. Sejauh ini tidak ditemui bukti-bukti baik secara
arkeologis maupun laku budaya hidup yang menunjukkan budaya Islam bercampur
baur dengan budaya non Islami. Dengan kata lain, setidaknya budaya Islam yang
berkembang di wilayah Hitu, sejauh ini tidak menunjukkan perbedaan yang
menyolok dengan daerah pusat penyebaran Islam lainnya. Laku budaya yang ada
juga lazim ditemui di daerah lain, misalnya tradisi berziarah ke makam para
Raja Hitu, merupakan kegiatan yang lazim sebagaimana daerah lainnya seperti
tradisi ziarah ke makam para wali di Jawa. Selain itu di desa Kaitetu, yang
pada masa kerajaan merupakan salah satu daerah kekuasaaan Hitu, sampai sekarang
masih berdiri kokoh Masjid Tua Keitetu yang konon dibangun pada tahun 1414 M.
Selain itu juga tersimpan naskah alquran kuno, kitab barjanzi, naskah
penanggalan kuno dan sebagainya. Bukti-bukti arkeologis ini menunjukkan
kemapanan Islam di wilayah tersebut. Dapat dilihat bahwa
penyebaran Islam di wilayah ini berjalan sesuai dengan prinsip-prinsip Islam
seperti dalam hal dakwah. Di wilayah Kerajaan Hitu misalnya, sangat mungkin
naskah alquran kuno merupakan bukti atau untuk media sosialisasi Islam
(Handoko, 2006), begitu juga kitab barzanji, naskah hukum Islam dan penanggalan
Islam kuno. Data arkeologi ini dapat mewakili gambaran kebudayaan Islam di
wilayah pusat-pusat peradaban Islam yang mapan keIslamannya, seperti halnya di
wilayah Maluku Utara yang diwakili terutama kerajaan Islam Ternate dan Tidore.
Sejak abad ke-13, Ternate dan juga Tidore sudah
dikenal dalam kancah perdagangan dunia sebagai pusat perdagangan rempah.
Berbagai saudagar yang berasal dari Arab, India, dan Tionghoa serta Persia
datang ke wilayah ini untuk berdagang hingga akhirnya para pedagang dari Eropa
seperti Inggris, Portugis, Belanda, dan Spanyol juga hadir di wilayah ini,
khususnya untuk mencari cengkeh dan pala.
Saat itu wilayah Maluku Utara dikenal degan nama Moluku Kie Hara yang secara harfiah berarti gugusan empat pulau bergunung. Keempat pulau itu dikuasai oleh empat kesultanan yaitu Kesultanan Ternate, Tidore, Jailolo, dan Bacan yang hingga saat ini masih berjalan. Oleh Keempat kesultanan inilah hubungan perdagangan mulai dijalin.
Saat itu wilayah Maluku Utara dikenal degan nama Moluku Kie Hara yang secara harfiah berarti gugusan empat pulau bergunung. Keempat pulau itu dikuasai oleh empat kesultanan yaitu Kesultanan Ternate, Tidore, Jailolo, dan Bacan yang hingga saat ini masih berjalan. Oleh Keempat kesultanan inilah hubungan perdagangan mulai dijalin.
Desember 1511, M de Albuquerque, wakil negara
Portugis yang berkedudukan di Malaka pertama kalinya mengirimkan ekspedisi tiga
kapal menuju wilayah Maluku. Diikuti oleh Antonio de Abreu dan Fransesco Serrao
tiba di Ternate pada tahun 1512. Pada tahun 1521, bangsa Spanyol tiba dengan
Kapal Victoria dan Trinidad di Tidore.
Mulailah terjadi persaingan hingga menimbulkan perang antara Portugis dan Spanyol. Pada tahun 1522, Portugis yang dipimpin Antonio de Brito berhasil mengusir Spanyol Setelah Spanyol meninggalkan Tidore, bangsa Portugis mulai memonopoli perdagangan rempah-rempah di wilayah Ternate ini. Maka timbulah perlawanan rakyat dari keempat kesultanan dalam melawan monopoli perdagangan. Hal itu juga terjadi saat bangsa lain datang seperti Inggris dan Belanda dengan niat yang lama hingga peperangan melawan penjajah melahirkan beberapa pahlawan nasional.
Mulailah terjadi persaingan hingga menimbulkan perang antara Portugis dan Spanyol. Pada tahun 1522, Portugis yang dipimpin Antonio de Brito berhasil mengusir Spanyol Setelah Spanyol meninggalkan Tidore, bangsa Portugis mulai memonopoli perdagangan rempah-rempah di wilayah Ternate ini. Maka timbulah perlawanan rakyat dari keempat kesultanan dalam melawan monopoli perdagangan. Hal itu juga terjadi saat bangsa lain datang seperti Inggris dan Belanda dengan niat yang lama hingga peperangan melawan penjajah melahirkan beberapa pahlawan nasional.
Masuknya Islam ke Maluku erat kaitannya dengan
kegiatan perdagangan.Pada abad ke-15, para pedagang dan ulama dari Malaka dan
Jawa menyebarkan Islam
ke sana. Dari sini muncul empat kerajaan Islam di Maluku yang disebut
Maluku Kie Raha (Maluku Empat Raja) yaitu Kesultanan Ternate yang
dipimpin Sultan Zainal Abidin (1486-1500), Kesultanan Tidore yang dipimpin
oleh Sultan Mansur, Kesultanan Jailolo yang dipimpin oleh Sultan Sarajati,
dan Kesultanan Bacan yang dipimpin oleh Sultan Kaicil Buko. Pada masa kesultanan itu berkuasa, masyarakat muslim di Maluku sudah menyebar sampai
ke Banda, Hitu, Haruku, Makyan, dan Halmahera. Kerajaan Ternate dan Tidore yang terletak di sebelah Pulau Halmahera (Maluku Utara) adalah dua kerajaan yang memiliki peran yang menonjol dalam menghadapi kekuatan-kekuatan asing yang mencoba menguasai Maluku. Dalam perkembangan selanjutnya, kedua kerajaan ini bersaing memperebutkan hegemoni politik di kawasan Maluku. Kerajaan Ternate dan Tidore merupakan daerah penghasil rempah-rempah, seperti pala dan cengkeh, sehingga daerah ini menjadi
pusat perdagangan rempah-rempah.
Maluku Kie Raha (Maluku Empat Raja) yaitu Kesultanan Ternate yang
dipimpin Sultan Zainal Abidin (1486-1500), Kesultanan Tidore yang dipimpin
oleh Sultan Mansur, Kesultanan Jailolo yang dipimpin oleh Sultan Sarajati,
dan Kesultanan Bacan yang dipimpin oleh Sultan Kaicil Buko. Pada masa kesultanan itu berkuasa, masyarakat muslim di Maluku sudah menyebar sampai
ke Banda, Hitu, Haruku, Makyan, dan Halmahera. Kerajaan Ternate dan Tidore yang terletak di sebelah Pulau Halmahera (Maluku Utara) adalah dua kerajaan yang memiliki peran yang menonjol dalam menghadapi kekuatan-kekuatan asing yang mencoba menguasai Maluku. Dalam perkembangan selanjutnya, kedua kerajaan ini bersaing memperebutkan hegemoni politik di kawasan Maluku. Kerajaan Ternate dan Tidore merupakan daerah penghasil rempah-rempah, seperti pala dan cengkeh, sehingga daerah ini menjadi
pusat perdagangan rempah-rempah.
Wilayah Maluku bagian timur dan pantai-pantai Irian
(Papua), dikuasai
oleh Kesultanan Tidore, sedangkan sebagian besar wilayah Maluku, Gorontalo,
dan Banggai di Sulawesi, dan sampai ke Flores dan Mindanao, dikuasai oleh
Kesultanan Ternate. Kerajaan Ternate mencapai puncak kejayaannya pada
masa Sultan Baabullah, sedangkan Kerajaan Tidore mencapai puncak
kejayaannya pada masa Sultan Nuku.
oleh Kesultanan Tidore, sedangkan sebagian besar wilayah Maluku, Gorontalo,
dan Banggai di Sulawesi, dan sampai ke Flores dan Mindanao, dikuasai oleh
Kesultanan Ternate. Kerajaan Ternate mencapai puncak kejayaannya pada
masa Sultan Baabullah, sedangkan Kerajaan Tidore mencapai puncak
kejayaannya pada masa Sultan Nuku.
Persaingan di antara kerajaan Ternate dan Tidore
adalah dalam perdagangan.
Dari persaingan ini menimbulkan dua persekutuan dagang, masing-masing
menjadi pemimpin dalam persekutuan tersebut, yaitu:
Dari persaingan ini menimbulkan dua persekutuan dagang, masing-masing
menjadi pemimpin dalam persekutuan tersebut, yaitu:
a. Uli-Lima (persekutuan lima bersaudara) dipimpin
oleh Ternate meliputi
Bacan, Seram, Obi, dan Ambon. Pada masa Sultan Baabulah, Kerajaan
Ternate mencapai aman keemasan dan disebutkan daerah kekuasaannya
meluas ke Filipina.
Bacan, Seram, Obi, dan Ambon. Pada masa Sultan Baabulah, Kerajaan
Ternate mencapai aman keemasan dan disebutkan daerah kekuasaannya
meluas ke Filipina.
b. Uli-Siwa (persekutuan sembilan bersaudara) dipimpin
oleh Tidore meliputi
Halmahera, Jailalo sampai ke Papua. Kerajaan Tidore mencapai aman
keemasan di bawah pemerintahan Sultan Nuku.
Kerajaan-kerajaan Islam lainnya yang berkembang adalah Kesultanan
Palembang yang didirikan oleh Ki Gedeng Suro, Kerajaan Bima di daerah
bagian timur Sumbawa, dengan rajanya La Ka’i, Siak Sri Indrapura yang
didirikan oleh Sultan Abdul Jalil Rahmat Syah, dan masih banyak lagi
Halmahera, Jailalo sampai ke Papua. Kerajaan Tidore mencapai aman
keemasan di bawah pemerintahan Sultan Nuku.
Kerajaan-kerajaan Islam lainnya yang berkembang adalah Kesultanan
Palembang yang didirikan oleh Ki Gedeng Suro, Kerajaan Bima di daerah
bagian timur Sumbawa, dengan rajanya La Ka’i, Siak Sri Indrapura yang
didirikan oleh Sultan Abdul Jalil Rahmat Syah, dan masih banyak lagi
Kerajaan Islam kecil lainnya di Indonesia.
Kerajaan TERNATE (Abad 13 M)
- Terletak di Maluku
- Agama Islam di sana disebarkan oleh Sunan Giri dari Gresik
- Raja pertama Sultan Zainal Abidin
- Raja terkenal Sultan Hairun
- Hasil utama Ternate cengkeh dan pala
- Peninggalan kerajaan Ternate :
1.
Istana Sulatan Ternate
2.
Benteng kerajaan Ternate
3.
Masjid di Ternate
Kerajaan TIDORE (Abad13 M)
- Terletak di Maluku
- Raja yang pertama Sultan Mansur
- Raja terkenal pangeran Nuku
- Antara Ternate dan Tidore sering terjadi peperangan untuk memperluas daerah kekuasaan
- Ternate membentuk persekutuan yang disebut Uli Lima
- Tidore membentuk persekutuan yang disebut Uli Siwa (persekutuan sembilan )
- Peninggalan kerajaan Tidore :
1.
Benteng-benteng peninggalan Portugis, Spanyol
2.
Keraton Tidore
KERAJAAN TERNATE
A. Awal Perkembangan Kerajaan
Ternate
Pada abad ke-13 di Maluku sudah
berdiri Kerajaan Ternate. Ibu kota Kerajaan Ternate terletak di Sampalu
(Pulau Ternate). Selain Kerajaan Ternate, di Maluku juga telah berdiri kerajaan
lain, seperti Jaelolo, Tidore, Bacan, dan Obi. Di
antara kerajaan di Maluku, Kerajaan Ternate yang paling maju. Kerajaan Ternate
banyak dikunjungi oleh pedagang, baik dari Nusantara maupun pedagang asing.
A. Aspek Kehidupan Politik dan
Pemerintahan
Raja Ternate yang pertama adalah Sultan Marhum
(1465-1495 M). Raja berikutnya adalah putranya, Zainal Abidin. Pada masa
pemerintahannya, Zainal Abidin giat menyebarkan agama Islam ke pulau-pulau di
sekitarnya, bahkan sampai ke Filiphina Selatan. Zainal Abidin memerintah hingga
tahun 1500 M. Setelah mangkat, pemerintahan di Ternate berturut-turut dipegang
oleh Sultan Sirullah, Sultan Hairun, dan Sultan Baabullah.
Pada masa pemerintahan Sultan Baabullah, Kerajaan Ternate mengalami puncak
kejayaannya. Wilayah kerajaan Ternate meliputi Mindanao, seluruh kepulauan di
Maluku, Papua, dan Timor. Bersamaan dengan itu, agama Islam juga tersebar
sangat luas.
B. Aspek
Kehidupan Ekonomi, Sosial, dan Kebudayaan
Perdagangan dan pelayaran
mengalami perkembangan yang pesat sehingga pada abad ke-15 telah menjadi
kerajaan penting di Maluku. Para pedagang asing datang ke Ternate menjual
barang perhiasan, pakaian, dan beras untuk ditukarkan dengan rempah-rempah.
Ramainya perdagangan memberikan keuntungan besar bagi perkembangan Kerajaan
Ternate sehingga dapat membangun laut yang cukup kuat.
Sebagai kerajaan yang bercorak
Islam, masyarakat Ternate dalam kehidupan sehari-harinya banyak menggunakan
hukum Islam . Hal itu dapat dilihat pada saat Sultan Hairun dari Ternate dengan
De Mesquita dari Portugis melakukan perdamaian dengan mengangkat sumpah
dibawah kitab suci Al-Qur’an. Hasil kebudayaan yang cukup menonjol dari
kerajaan Ternate adalah keahlian masyarakatnya membuat kapal, seperti kapal kora-kora.
C. Kemunduran Kerajaan
Ternate
Kemunduran Kerajaan Ternate
disebabkan karena diadu domba dengan Kerajaan Tidore yang dilakukan oleh bangsa
asing ( Portugis dan Spanyol ) yang bertujuan untuk memonopoli daerah penghasil
rempah-rempah tersebut. Setelah Sultan Ternate dan Sultan Tidore sadar bahwa
mereka telah diadu domba oleh Portugis dan Spanyol, mereka kemudian bersatu dan
berhasil mengusir Portugis dan Spanyol ke luar Kepulauan Maluku. Namun
kemenangan tersebut tidak bertahan lama sebab VOC yang dibentuk Belanda untuk
menguasai perdagangan rempah-rempah di Maluku berhasil menaklukkan Ternate dengan
strategi dan tata kerja yang teratur, rapi dan terkontrol dalam bentuk
organisasi yang kuat.
KERAJAAN TIDORE
A. Awal Perkembangan Kerajaan Tidore
Kerajaan
tidore terletak di sebelah selatan Ternate. Menurut silsilah raja-raja Ternate
dan Tidore, Raja Ternate pertama adalah Muhammad Naqal yang naik tahta
pada tahun 1081 M. Baru pada tahun 1471 M, agama Islam masuk di kerajaan Tidore
yang dibawa oleh Ciriliyah, Raja Tidore yang kesembilan. Ciriliyah atau
Sultan Jamaluddin bersedia masuk Islam berkat dakwah Syekh Mansur dari Arab.
B. Aspek Kehidupan Politik dan Kebudayaan
Raja
Tidore mencapai puncak kejayaan pada masa pemerintahan Sultan Nuku
(1780-1805 M). Sultan Nuku dapat menyatukan Ternate dan Tidore untuk
bersama-sama melawan Belanda yang dibantu Inggris. Belanda kalah serta terusir
dari Tidore dan Ternate. Sementara itu, Inggris tidak mendapat apa-apa kecuali
hubungan dagang biasa. Sultan Nuku memang cerdik, berani, ulet, dan waspada.
Sejak saat itu, Tidore dan Ternate tidak diganggu, baik oleh Portugis, Spanyol,
Belanda maupun Inggris sehingga kemakmuran rakyatnya terus meningkat. Wilayah
kekuasaan Tidore cukup luas, meliputi Pulau Seram, Makean Halmahera, Pulau Raja
Ampat, Kai, dan Papua. Pengganti Sultan Nuku adalah adiknya, Zainal Abidin.
Ia juga giat menentang Belanda yang berniat menjajah kembali.
C. Aspek Kehidupan Ekonomi
dan Sosial
Sebagai
kerajaan yang bercorak Islam, masyarakat Tidore dalam kehidupan sehari-harinya
banyak menggunakan hukum Islam . Hal itu dapat dilihat pada saat Sultan Nuku
dari Tidore dengan De Mesquita dari Portugis melakukan perdamaian dengan
mengangkat sumpah dibawah kitab suci Al-Qur’an.
Kerajaan
Tidore terkenal dengan rempah-rempahnya, seperti di daerah Maluku. Sebagai
penghasil rempah-rempah, kerajaan Tidore banyak didatangi oleh Bangsa-bangsa
Eropa. Bangsa Eropa yang datang ke Maluku, antara lain Portugis, Spanyol, dan
Belanda.
D. Kemunduran Kerajaan Tidore
Kemunduran
Kerajaan Tidore disebabkan karena diadu domba dengan Kerajaan Ternate yang
dilakukan oleh bangsa asing ( Spanyol dan Portugis ) yang bertujuan untuk
memonopoli daerah penghasil rempah-rempah tersebut. Setelah Sultan Tidore dan
Sultan Ternate sadar bahwa mereka telah diadu domba oleh Portugis dan Spanyol,
mereka kemudian bersatu dan berhasil mengusir Portugis dan Spanyol ke luar
Kepulauan Maluku. Namun kemenangan tersebut tidak bertahan lama sebab VOC yang
dibentuk Belanda untuk menguasai perdagangan rempah-rempah di Maluku berhasil
menaklukkan Ternate dengan strategi dan tata kerja yang teratur, rapi dan
terkontrol dalam bentuk organisasi yang kuat.
Terimakasih sudah menulis artikel yang baik seperti ini..
BalasHapusSaya izin Copy sebagai tugas.. :)
Thx
BalasHapuswah! sangat banyak infonya dan bermanfaat. terimakasih gan...
BalasHapuswah! sangat banyak infonya dan bermanfaat. terimakasih gan...
BalasHapusPerkenalkan, saya dari tim kumpulbagi. Saya ingin tau, apakah kiranya anda berencana untuk mengoleksi files menggunakan hosting yang baru?
BalasHapusJika ya, silahkan kunjungi website ini www.kumpulbagi.com untuk info selengkapnya.
Di sana anda bisa dengan bebas share dan mendowload foto-foto keluarga dan trip, music, video, filem dll dalam jumlah dan waktu yang tidak terbatas, setelah registrasi terlebih dahulu. Gratis :)
Kalo inget ternate jadi inget Batu Bacan yang pernah terkenal di indonesia sampai ke keluar negeri.
BalasHapussewa mobil agya di malang
Aki nawe Goblok,kenapa bukan kamu sendiri yang pasang itu angka supaya kamu kaya...
HapusAki nawe Goblok,kenapa bukan kamu sendiri yang pasang itu angka supaya kamu kaya...
Hapussdikit ralat gan bukan sultan masur yang jd raaja pertama menurut https://id.wikipedia.org/wiki/Kesultanan_Tidore
BalasHapusRaja Tidore pertama adalah Muhammad Naqil yang naik tahta pada tahun 1081
Mohon minta izin mau copy buat tugas,,boleh tidak??
BalasHapusMohon minta izin mau copy buat tugas,,boleh tidak??
BalasHapusthank's dude ,saya izin copas ya :) jazakallah
BalasHapusthank's dude ,saya izin copas ya :) jazakallah
BalasHapusThx
BalasHapus