Jaringan Pada Manusia dan Hewan


JARINGAN PADA MANUSIA DAN HEWAN

Jaringan adalah sekelompok sel yang bentuk dan fungsinya sama. Pada hewan dan manusia terdapat beberapa jaringan yaitu jaringan epitel, ikat, otot dan syaraf.
1.       Jaringan epitel
Jaringan epitel tersusun dari sel-sel yang rapat dan berdekatan satu sama lain sehingga tidak ada rongga antar sel. Jaringan ini berfungsi melapisi suatu rongga dalam atau permukaan luar, menerima rangsang, atau sebagai kelenjar.  Lapisan sel epitel ada yang pipih, kubus, dan silindris. Sel-sel ini dapat tersusun dalam satu lapis sel atau berlapis-lapis. Contoh jaringan epitel pada dinding usus halus berbentuk silindris yang tersusun selapis.

Struktur dan Fungsi Sel



STRUKTUR DAN FUNGSI SEL

Sel adalah unit terkecil dari makhluk hidup. Ukuran sel sangat kecil untuk melihat harus dibantu dengan mikroskop. Kata sel erasal dari bahasa latin yaitu cellulae, yang berarti bilik kecl. Istilah ini diberikan oleh Robert Hooke, seorang ahli fisika-matematika dari inggris pada tahun 1665.
Sel-sel membentuk tubuh makhluk hidup bermacam-macam bentuk dan ukuranya. Sel hewan dan sel tumbuhan memiliki perbedaan dan persamaan. Pada dasarnya, baik pada sel hewan maupun sel tumbuhanmemiliki tiga baian utrama yaitu membran sel, sitoplasma, dan inti sel.

Perilaku Riya




A.   Pengertian dan Penjelasan Perilaku Riya


Kata riya berasal dari kata ru’yah, yang artinya menampakkan. Dikatakan arar-rajulu, berarti seseorang menampakkan amal shalih agar dilihat oleh manusia.
Makna ini sejalan dengan firman Allah SWT:


 ٱلَّذِينَ هُمۡ يُرَآءُونَ () وَيَمۡنَعُونَ ٱلۡمَاعُونَ ()

“…Orang-orang yang berbuat riya dan enggan menolong dengan barang berguna.” (QS. Al-Maa’uun : 6-7)





وَلَا تَكُونُواْ كَٱلَّذِينَ خَرَجُواْ مِن دِيَـٰرِهِم بَطَرً۬ا وَرِئَآءَ ٱلنَّاسِ وَيَصُدُّونَ عَن سَبِيلِ ٱللَّهِ‌ۚ وَٱللَّهُ بِمَا يَعۡمَلُونَ مُحِيطٌ۬“

Dan janganlah kamu menjadi seperti orang-orang yang keluar dari kampungnya dengan rasa angkuh dan dengan maksud riya’ kepada manusia serta menghalangi [orang] dari jalan Allah. Dan [ilmu] Allah meliputi apa yang mereka kerjakan.” (QS. Al-Anfal : 47)


B.   Sebab-sebab Terjadinya Perilaku Riya
Hal penting yang perlu kita ketahui dalam masalah riya adalah sebab-sebab yang bisa menjatuhkan diri kita dalam penyakit ini. Di antara sebab-sebabnya adalah sebagai berikut.
1.  Lingkungan keluarga.
2.  Pengaruh teman.
3.  Tidak mengenal Allah SWT dengan baik.
4.   Kekaguman yang berlebihan dari orang lain.
5.   Ketamakan kepada harta.

C.   Macam-macam Perilaku Riya
            Lebih lanjut, beliau menjelaskan bahwa riya’ ada 2 macam, sebagaimana ulama menguraikannya:
وَهُوَ قِسْمَانِ : رِيَاءٌ خَالِصٌ كَانَ لاَ يَفْعَلَ الْقُرْبَةَ إِلاَّ لِلنَّاسِ ,وَرِيَاءٌ شِرْكٌ كَانَ يَفْعَلَهَا ِللهِ وَلِلنَّاسِ وَهُوَ أَخَفُّ مِنَ الْأَوَّلِ
            “ riya’ dibagi kedalam dua tingkatan: riya’ kholish yaitu melakukan ibadah semata-mata hanya untuk mendapatkan pujian dari manusia, riya’ syirik yaitu melakukan perbuatan karena niat menjalankan perintah Allah, dan juga karena untuk mendapatkan pujian dari manusia, dan keduanya bercampur”.
Maka hal ini sesuai dengan perkataan ulama ahli sufi, bahwa kita kadang tidak bisa membedakan antara riya’ jali (terang) dan khafi (samar), kecuali orang-orang yang benar-benar selalu mensucikan dalam hatinya hanyalah beribadah kepada Allah semata. Karena dengan kedekatan pada-Nya, dalam hatinya sudah dibersihkan daripada penyakit-penyakit yang buruk (madzmumah):

 وَلَا يَسْلِمُ مِنَ الرِّيَاءِ الْجَلِيِّ وَالْخَفِيِّ إِلَّا الْعَارِفُوْنَ الْمُوَحِّدُوْنَ لِأَنَّ اللهَ طَهَّرَهُمْ مِّنْ دَقَائِقِ الشِّرْكِ

 Allah berfirman dalam surat al-Kahfi ayat 110:

قُلْ إِنَّمَا أَنَا بَشَرٌ مِثْلُكُمْ يُوحَى إِلَيَّ أَنَّمَا إِلَهُكُمْ إِلَهٌ وَاحِدٌ
فَمَنْ كَانَ يَرْجُو لِقَاءَ رَبِّهِ فَلْيَعْمَلْ عَمَلًا صَالِحًا وَلَا يُشْرِكْ بِعِبَادَةِ رَبِّهِ أَحَدًا

“Katakanlah: Sesungguhnya aku ini manusia biasa seperti kamu yang diwahyukan kepadaku, bahwa sesungguhnya Tuhan kamu itu adalah Tuhan yang Esa, Barangsiapa yang mengharap perjumpaan dengan Tuhannya, maka hendaklah ia mengerjakan amal yang saleh dan janganlah ia mempersekutukan seorangpun dalam beribadat kepada Tuhannya”.

Ayat diatas menerangkan kepada kita, sekiranya beramal tapi masih mengharapkan pujian daripada selain Allah, maka sifat riya’ sudah masuk dalam diri kita, dan itu sangat berbahaya karena kita beramal untuk menuai hasilnya nanti di akhirat.

 Apapun jenis ibadah yang kita lakukan, hendaklah dengan satu tujuan menghadap kepada sang Ilaah, seperti 
sholat yang kita kerjakan setiap hari lakukanlah hanya untuk Allah, baik ketika sholat sendiri atau pun ada orang di sekitarnya, beribadahlah hanya untuk Allah yang Maha Mulia. Allah berfirman dalam surat al-Maa’uun ayat 4-7:

فَوَيْلٌ لِلْمُصَلِّينَ , الَّذِينَ هُمْ عَنْ صَلَاتِهِمْ سَاهُونَ , الَّذِينَ هُمْ يُرَاءُونَ , وَيَمْنَعُونَ الْمَاعُونَ

“Maka celakalah bagi orang-orang yang 
shalat, (yaitu) orang-orang yang lalai dari shalatnya, orang-orang yang berbuat riya, dan enggan (menolong dengan) barang berguna”.
Beberapa Diantaranya yaitu :
1.         Seorang hamba dalam beribadah menginginkan selain Allah. Dia    senang orang lain tahu/melihat apa yang diperbuatnya. Dia tidak             menunjukkan keikhlasan dalam beribadah kepada Allah dan ini termasuk jenis nifaq.
2.         Seorang hamba beribadah dengan tujuan dan keinginannya ikhlas   karena Allah, namun ketika manusia melihat ibadahnya maka ia    bertambah giat dalam beribadah serta membaguskan ibadahnya. Ini             termasuk perbuatan syirik tersembunyi.
3.         Seorang hamba beribadah pada awalnya ikhlas karena Allah dan    sampai selesai keadaannya masih demikian, namun pada akhir ibadahnya dipuji oleh manusia dan ia merasa bangga dengan pujian manusia tersebut serta ia mendapatkan apa yang diinginkannya          (dunia, missal: dengan memperoleh kedudukan di masyarakat dll).
4.         Riya’ badaniyah, yaitu perbuatan riya’ dengan menampakkan         badan/jasadnya kurus karena banyaknya ibadah sehingga ia disebut sebagai orang ABID (Ahli Ibadah).
5.         Riya’ dari sisi penampilan atau model.
6.         Riya’ pada ucapan, misal orang yang memberat-beratkan suaranya.
7.         Riya’ dengan mencela dirinya dihadapan manusia.
8.         Riya’ dengan teman dan orang-orang yang mengunjunginya.
9.         Seorang beramal dengan amal ketaatan dan tidak seorangpun mengetahuinya
10.       Menjadikan perbuatan ikhlasnya itu sebagai wasilah terhadap apa   yang dia inginkan.

D.   Ciri-ciri Perilaku Riya
            Pengetahuan kita tentang ciri-ciri orang yang mempunyai sifat riya merupakan hal penting oleh karena kita akan melakukan penyikapan-penyikapan yang jelas terhadap mereka yang terkena penyakit ini. Minimal ada tiga ciri dasar dari orang yang mempunyai sifat riya:
1.         Munculnya keseriusan dan giat dalam bekerja manakala      mendapat        pujian dan sanjungan, dan akan malas manakala tidak ada pujian,           bahkan meninggalkan pekerjaannya manakala           dicela oleh orang lain
2.         Tampilnya profesionalisme kerja manakala dia bekerja secara          kolektif, dan apabila bekerja secara individu yang muncul adalah   kemalasan yang sangat
3.         Konsisten di dalam menjaga batasan-batasan Allah SWT apabila    bersama orang lain, dan melakukan pelanggaran-pelanggaran manakala dia sendirian.
 
E.   Dampak Perilaku Riya
            Karena sifat riya merupakan penyakit hati, sudah barang tentu dia mempunyai  efek negatif dalam kehidupan kaum Muslimin, baik secara pribadi maupun dalam bentuk amal islami. Berikut ini adalah dampak negatif dari sifat riya.
1.   Dampak riya terhadap pelakunya :
            1.         Terhalangi dari petunjuk dan taufik Allah SWT.
            2.         Menimbulkan keguncangan jiwa dan kesempitan hidup.
            3.         Hilangnya karismatika dirinya pada orang lain.
            4.         Hilangnya profesionalisme dalam bekerja.
            5.         Terjerumus pada sikap ujub, terperdaya, dan sombong.
            6.         Batalnya amal ibadah yang dilakukan.
            7.         Akan mendapat azab pada hari akhir.
2.   Dampak riya terhadap amal islami

Efek negatif riya yang paling dominan dalam amal islami adalah tertundanya banyak pekerjaan dan terjadinya akumulasi biaya pekerjaan yang besar. Maka, manakala kita mengetahui dampak negatifnya yang begitu besar, baik secara individu maupun kolektif, menjadi sebuah kewajiban bagi kita untuk menghilangkan dan memusnahkan sifat ini dari diri kita.

  Contoh Perilaku Riya :
1.         Seseorang yang telah bersedekah kepada yayasan,dan          meminta ketua yayasan supaya orang yang bersedekah tadi disebutkan/di umumkan kepada orang lain,ahwa dirinya telah          bersedekah.
2.         Seseorang yang memiliki kecerdasan yang luar biasa dan      memamerkannya/menonjolkannya kepada semua orang.
3.         Orang yang telah menunaikan ibadah haji di tahun kemarin dan       akan menunaikan ibadah haji lagi di tahun ini.Dengan maksud   agar mendapat gelar haji da di puji oleh orang lain.Dan masih          bayak lagi contoh-contoh yang lainnya .

F.    Cara Mencegah Perilaku Riya
            Diantara solusi agar kita terhindar dari perbuatan riya’ adalah sebagai berikut:
1.         Mengetahui jenis-jenis amalan yang diperuntukkan untuk     dunia dan mengetahui jenis-jenis riya’ serta factor-faktor       pendorong perbuatan riya’
2.         Mengetahui keagungan Allah Azza wa Jalla.
3.         Mengenal/mengetahui apa yang telah Allah persiapkan untuk           akhir kehidupan.
4.         Takut dari beramal untuk kepentingan dunia.

Perilaku Aniaya




A.     Pengertian

·
         Aniaya berasal dan bahasa Arab (dzolama) sifat ini termasuk salah satu sifat yang dikutuk oleh Allah dan Rasul-Nya, serta dikecam oleh seluruh umat manusia di dunia.
·
         Aniaya (zalim) ialah sikap dan berperilaku tidak adil. aniaya atau bengis yaitu suatu tindakan yang tidak menusiawi yang bertentangan dengan hak sesama manusia. Aniaya (zalim)termasuk sifat tercela yang hukumnya haram dan akan mendatangkat kerugian (bencana) di dunia maupun akhirat.


B.      Macam-macam aniaya
Aniaya (zalim) terhadap Allah SWT.
Kezaliman terhadap Allah SWT, yaitu tidak adanya pengakuan yang jujur, keimanan yang benar, bahwasanya kita manusia telah diciptakan Allah SWT untuk menjadi “Abdullah” (hamba Allah) dengan tidak menyekutukannya dengan sesuatu apapun dan sebagai “Kholifatullah” (Khalifah Allah) yakni pengatur, pengelola dan pemakmur alam jagadraya ini dengan segala ktentuan dan aturan yang telah Allah SWT tetapkan dalam Al-Quran dan Sunnah-Nya. Apabila kita tidak mengikuti ketentuan tersebut berarti kita telah tergolong kepada orang yang telah berbuat aniaya (zalim) terhadap Allah SWT.
Aniaya (zalim) terhadap diri sendiri
Aniaya terhadap diri sendiri misalnya mmbiarkan diri sendiri dalam keadaan bodoh dn miskin, karena malas, meminum minuman keras, menyalah gunakan obat-obatan terlarang (narkoba), menyiksa diri sendiri dan bunuh diri (sebagai akibat dari tidak mensyukuri nikmat pemberian Allah SWT)
Aniaya (zalim) terhadap sesama manusia

Aniaya terhadap sesama manusia seperti ghibah (mengumpat), naminah (mengadu domba), fitnah, mencuri, merampok, melakukan penyiksaan dn melakukan pembunuhan, berbuat korupsi dan manipulasi.

Aniaya (zalim) terhadap alam (lingkungan)
Berbuat zalim terhadap alam adalah merusak kelestarian alam, mencemari lingkungan, menebang pepohonan secara liar, menangkap dan membunuh binatang tanpa mengindahkan aturan, sehingga akibat dari perbuatan itu dapat mrugikan alam dan merugikan masyarakat.
C.      Bahaya dan Keburukan Perbuatan Aniaya
Adapun bahaya dan keburukan sebagai dampak dari perbuatan aniaya (zalim) dapat menimpa pelaku (penganiaya), orang yang dianiaya, dan masyarakat.

1). Bahaya / Keburukan yang akan dialami oleh Penganiaya antara lain :
2). Hidupnya tidak akan disenangi, melainkan dijauhi bahkan dibenci masyarakat. Allah SWT berfirman dalam Qs. Al-Mu’minun :18 !
3). Hidupnya tidak akan tenang, karena dibayangi rasa takut.
4). Mencemarkan nama baik dirinya, dan keluarganya
5). Mendapatkan hukuman yang setimpal dengan perbuatan aniaya yang dilakukannya.
6). Mendapat siksa dengan dicampakkan kedalam api neraka (lihat Qs. Al-Maidah, 5 : 39)
7). Dalam kehidupannya tidak akan mendapat pelindung atau penolong.
D.     Upaya Prefentif untuk Menghindari diri dari perbuatan Aniaya
Setiap insan wajib berusaha dengan sungguh-sungguh untuk menjauhi perbuatan aniaya (zalim). Diantara usaha tersebut antara lain :

1). Kesadaran akan eksistensi diri untuk selalu berbuat baik, ramah, dan sopan santun terhadap semua makhluk Allah ! Rasulallah Saw bersabda :

Artinya : “ Sesungguhnya Allah SWT mewajibkan berbuat baik kepada segala sesuatu. Bila kamu membunuh, baik-baiklah cara membunuhnya. Bila kamu menymbelih binatang, baik-baiklah cara menyembelihnya. Hendaklah salah seorang diantara kamu menajamkan pisaunya, dan hendaklah ia mempercepat mati binatang sembelihnnya.” (HR. Muslim).

2). Berusaha menegakan keadilan dan kebaikan terhadap diri sendiri, orang lain dan masyarakat.
3). Meningkatkan kehati-hatian bahwa segala bentuk perselisihan, permusuhan, kedengkian dan peruskn trhadp sesama manusia dan alam semesta pad akhirnya dpat merugikan diri sendiri.

4). Meningkatkan kesadaran bahwa manusia itu tidak dapat berdiri sendiri, memerlukan bantuan dari orang lain dan bantuan dari alam. Apabila mereka dirugikan akibat perbuatan zalim yang pernah dilakukan kita, mereka pun akan menjauhi dan tidak menutup kemungkinan mereka balik menzalimi.

5). Meningkatkan kesadaran bahwa sebenarnya manusia telah banyak melakukan kezaliman, kurang patuh pada orang tua, salatpun terkadang tidak tept waktu dn lainnya. Hal ini jangan sampai ditambah lagi dengan kezaliman yang lainnya. Oleh karena itu kita senantiasa memohn kepada Allah SWT supaya dijauhkan dari sifat-sifat demikian.