A. Pengertian dan
Penjelasan Perilaku Riya
Kata riya berasal dari kata ru’yah, yang artinya
menampakkan. Dikatakan arar-rajulu, berarti seseorang menampakkan amal
shalih agar dilihat oleh manusia.
Makna ini sejalan dengan firman Allah SWT:
ٱلَّذِينَ هُمۡ يُرَآءُونَ () وَيَمۡنَعُونَ
ٱلۡمَاعُونَ ()
“…Orang-orang yang berbuat riya dan enggan menolong dengan barang
berguna.” (QS. Al-Maa’uun : 6-7)
وَلَا تَكُونُواْ كَٱلَّذِينَ خَرَجُواْ مِن دِيَـٰرِهِم
بَطَرً۬ا وَرِئَآءَ ٱلنَّاسِ وَيَصُدُّونَ عَن سَبِيلِ ٱللَّهِۚ وَٱللَّهُ بِمَا
يَعۡمَلُونَ مُحِيطٌ۬“
Dan janganlah kamu menjadi seperti orang-orang yang keluar dari kampungnya dengan rasa angkuh dan dengan maksud riya’ kepada manusia serta menghalangi [orang] dari jalan Allah. Dan [ilmu] Allah meliputi apa yang mereka kerjakan.” (QS. Al-Anfal : 47)
Dan janganlah kamu menjadi seperti orang-orang yang keluar dari kampungnya dengan rasa angkuh dan dengan maksud riya’ kepada manusia serta menghalangi [orang] dari jalan Allah. Dan [ilmu] Allah meliputi apa yang mereka kerjakan.” (QS. Al-Anfal : 47)
B. Sebab-sebab
Terjadinya Perilaku Riya
Hal penting yang perlu kita ketahui dalam masalah riya adalah sebab-sebab
yang bisa menjatuhkan diri kita dalam penyakit ini. Di antara sebab-sebabnya
adalah sebagai berikut.
1.
Lingkungan keluarga.
2. Pengaruh teman.
3. Tidak mengenal Allah SWT dengan baik.
4. Kekaguman yang berlebihan dari orang lain.
5. Ketamakan kepada harta.
2. Pengaruh teman.
3. Tidak mengenal Allah SWT dengan baik.
4. Kekaguman yang berlebihan dari orang lain.
5. Ketamakan kepada harta.
C. Macam-macam
Perilaku Riya
Lebih lanjut, beliau menjelaskan bahwa riya’ ada 2 macam, sebagaimana ulama
menguraikannya:
وَهُوَ
قِسْمَانِ : رِيَاءٌ خَالِصٌ كَانَ لاَ يَفْعَلَ الْقُرْبَةَ إِلاَّ لِلنَّاسِ ,وَرِيَاءٌ
شِرْكٌ كَانَ يَفْعَلَهَا ِللهِ وَلِلنَّاسِ وَهُوَ أَخَفُّ مِنَ الْأَوَّلِ
“ riya’ dibagi kedalam dua tingkatan: riya’ kholish yaitu melakukan ibadah
semata-mata hanya untuk mendapatkan pujian dari manusia, riya’ syirik yaitu
melakukan perbuatan karena niat menjalankan perintah Allah, dan juga karena
untuk mendapatkan pujian dari manusia, dan keduanya bercampur”.
Maka hal ini sesuai dengan perkataan ulama ahli sufi, bahwa kita kadang
tidak bisa membedakan antara riya’ jali (terang) dan khafi
(samar), kecuali orang-orang yang benar-benar selalu mensucikan dalam
hatinya hanyalah beribadah kepada Allah semata. Karena dengan kedekatan
pada-Nya, dalam hatinya sudah dibersihkan daripada penyakit-penyakit yang
buruk (madzmumah):
وَلَا يَسْلِمُ مِنَ الرِّيَاءِ الْجَلِيِّ وَالْخَفِيِّ إِلَّا الْعَارِفُوْنَ الْمُوَحِّدُوْنَ لِأَنَّ اللهَ طَهَّرَهُمْ مِّنْ دَقَائِقِ الشِّرْكِ
Allah berfirman dalam surat al-Kahfi ayat 110:
قُلْ إِنَّمَا أَنَا بَشَرٌ مِثْلُكُمْ يُوحَى إِلَيَّ أَنَّمَا إِلَهُكُمْ إِلَهٌ وَاحِدٌ
فَمَنْ كَانَ يَرْجُو لِقَاءَ رَبِّهِ فَلْيَعْمَلْ عَمَلًا صَالِحًا وَلَا يُشْرِكْ بِعِبَادَةِ رَبِّهِ أَحَدًا
“Katakanlah: Sesungguhnya aku ini manusia biasa seperti kamu yang diwahyukan kepadaku, bahwa sesungguhnya Tuhan kamu itu adalah Tuhan yang Esa, Barangsiapa yang mengharap perjumpaan dengan Tuhannya, maka hendaklah ia mengerjakan amal yang saleh dan janganlah ia mempersekutukan seorangpun dalam beribadat kepada Tuhannya”.
وَلَا يَسْلِمُ مِنَ الرِّيَاءِ الْجَلِيِّ وَالْخَفِيِّ إِلَّا الْعَارِفُوْنَ الْمُوَحِّدُوْنَ لِأَنَّ اللهَ طَهَّرَهُمْ مِّنْ دَقَائِقِ الشِّرْكِ
Allah berfirman dalam surat al-Kahfi ayat 110:
قُلْ إِنَّمَا أَنَا بَشَرٌ مِثْلُكُمْ يُوحَى إِلَيَّ أَنَّمَا إِلَهُكُمْ إِلَهٌ وَاحِدٌ
فَمَنْ كَانَ يَرْجُو لِقَاءَ رَبِّهِ فَلْيَعْمَلْ عَمَلًا صَالِحًا وَلَا يُشْرِكْ بِعِبَادَةِ رَبِّهِ أَحَدًا
“Katakanlah: Sesungguhnya aku ini manusia biasa seperti kamu yang diwahyukan kepadaku, bahwa sesungguhnya Tuhan kamu itu adalah Tuhan yang Esa, Barangsiapa yang mengharap perjumpaan dengan Tuhannya, maka hendaklah ia mengerjakan amal yang saleh dan janganlah ia mempersekutukan seorangpun dalam beribadat kepada Tuhannya”.
Ayat diatas menerangkan kepada kita, sekiranya beramal tapi masih mengharapkan pujian daripada selain Allah, maka sifat riya’ sudah masuk dalam diri kita, dan itu sangat berbahaya karena kita beramal untuk menuai hasilnya nanti di akhirat.
Apapun jenis ibadah yang kita lakukan, hendaklah dengan satu tujuan menghadap kepada sang Ilaah, seperti sholat yang kita kerjakan setiap hari lakukanlah hanya untuk Allah, baik ketika sholat sendiri atau pun ada orang di sekitarnya, beribadahlah hanya untuk Allah yang Maha Mulia. Allah berfirman dalam surat al-Maa’uun ayat 4-7:
فَوَيْلٌ لِلْمُصَلِّينَ , الَّذِينَ هُمْ عَنْ صَلَاتِهِمْ سَاهُونَ , الَّذِينَ هُمْ يُرَاءُونَ , وَيَمْنَعُونَ الْمَاعُونَ
“Maka celakalah bagi orang-orang yang shalat, (yaitu) orang-orang yang lalai dari shalatnya, orang-orang yang berbuat riya, dan enggan (menolong dengan) barang berguna”.
Beberapa
Diantaranya yaitu :
1. Seorang hamba dalam beribadah menginginkan selain Allah. Dia senang orang lain tahu/melihat apa yang diperbuatnya. Dia tidak menunjukkan keikhlasan dalam beribadah kepada Allah dan ini termasuk jenis nifaq.
2. Seorang hamba beribadah dengan tujuan dan keinginannya ikhlas karena Allah, namun ketika manusia melihat ibadahnya maka ia bertambah giat dalam beribadah serta membaguskan ibadahnya. Ini termasuk perbuatan syirik tersembunyi.
3. Seorang hamba beribadah pada awalnya ikhlas karena Allah dan sampai selesai keadaannya masih demikian, namun pada akhir ibadahnya dipuji oleh manusia dan ia merasa bangga dengan pujian manusia tersebut serta ia mendapatkan apa yang diinginkannya (dunia, missal: dengan memperoleh kedudukan di masyarakat dll).
4. Riya’ badaniyah, yaitu perbuatan riya’ dengan menampakkan badan/jasadnya kurus karena banyaknya ibadah sehingga ia disebut sebagai orang ABID (Ahli Ibadah).
1. Seorang hamba dalam beribadah menginginkan selain Allah. Dia senang orang lain tahu/melihat apa yang diperbuatnya. Dia tidak menunjukkan keikhlasan dalam beribadah kepada Allah dan ini termasuk jenis nifaq.
2. Seorang hamba beribadah dengan tujuan dan keinginannya ikhlas karena Allah, namun ketika manusia melihat ibadahnya maka ia bertambah giat dalam beribadah serta membaguskan ibadahnya. Ini termasuk perbuatan syirik tersembunyi.
3. Seorang hamba beribadah pada awalnya ikhlas karena Allah dan sampai selesai keadaannya masih demikian, namun pada akhir ibadahnya dipuji oleh manusia dan ia merasa bangga dengan pujian manusia tersebut serta ia mendapatkan apa yang diinginkannya (dunia, missal: dengan memperoleh kedudukan di masyarakat dll).
4. Riya’ badaniyah, yaitu perbuatan riya’ dengan menampakkan badan/jasadnya kurus karena banyaknya ibadah sehingga ia disebut sebagai orang ABID (Ahli Ibadah).
5.
Riya’ dari sisi penampilan atau model.
6. Riya’ pada ucapan, misal orang yang memberat-beratkan suaranya.
7. Riya’ dengan mencela dirinya dihadapan manusia.
8. Riya’ dengan teman dan orang-orang yang mengunjunginya.
9. Seorang beramal dengan amal ketaatan dan tidak seorangpun mengetahuinya
10. Menjadikan perbuatan ikhlasnya itu sebagai wasilah terhadap apa yang dia inginkan.
6. Riya’ pada ucapan, misal orang yang memberat-beratkan suaranya.
7. Riya’ dengan mencela dirinya dihadapan manusia.
8. Riya’ dengan teman dan orang-orang yang mengunjunginya.
9. Seorang beramal dengan amal ketaatan dan tidak seorangpun mengetahuinya
10. Menjadikan perbuatan ikhlasnya itu sebagai wasilah terhadap apa yang dia inginkan.
D. Ciri-ciri
Perilaku Riya
Pengetahuan kita tentang ciri-ciri orang yang mempunyai sifat riya merupakan
hal penting oleh karena kita akan melakukan penyikapan-penyikapan yang jelas
terhadap mereka yang terkena penyakit ini. Minimal ada tiga ciri dasar dari
orang yang mempunyai sifat riya:
1.
Munculnya keseriusan dan giat dalam bekerja manakala
mendapat pujian dan sanjungan, dan akan
malas manakala tidak ada pujian,
bahkan meninggalkan pekerjaannya manakala
dicela oleh orang lain
2.
Tampilnya profesionalisme kerja manakala dia bekerja secara
kolektif, dan apabila bekerja
secara individu yang muncul adalah kemalasan yang sangat
3.
Konsisten di dalam menjaga batasan-batasan Allah SWT apabila
bersama orang lain, dan melakukan pelanggaran-pelanggaran manakala dia
sendirian.
E. Dampak Perilaku
Riya
Karena sifat riya merupakan penyakit hati, sudah barang tentu dia
mempunyai efek negatif dalam kehidupan kaum Muslimin, baik secara pribadi
maupun dalam bentuk amal islami. Berikut ini adalah dampak negatif dari sifat
riya.
1. Dampak
riya terhadap pelakunya :
1. Terhalangi dari petunjuk dan
taufik Allah SWT.
2. Menimbulkan keguncangan jiwa
dan kesempitan hidup.
3. Hilangnya karismatika
dirinya pada orang lain.
4. Hilangnya profesionalisme
dalam bekerja.
5. Terjerumus pada sikap ujub,
terperdaya, dan sombong.
6. Batalnya amal ibadah yang
dilakukan.
7. Akan mendapat azab pada hari
akhir.
2. Dampak
riya terhadap amal islami
Efek negatif riya yang paling dominan dalam amal islami adalah tertundanya banyak pekerjaan dan terjadinya akumulasi biaya pekerjaan yang besar. Maka, manakala kita mengetahui dampak negatifnya yang begitu besar, baik secara individu maupun kolektif, menjadi sebuah kewajiban bagi kita untuk menghilangkan dan memusnahkan sifat ini dari diri kita.
Contoh Perilaku Riya :
1. Seseorang yang telah bersedekah kepada yayasan,dan meminta ketua yayasan supaya orang yang bersedekah tadi disebutkan/di umumkan kepada orang lain,ahwa dirinya telah bersedekah.
2. Seseorang yang memiliki kecerdasan yang luar biasa dan memamerkannya/menonjolkannya kepada semua orang.
3. Orang yang telah menunaikan ibadah haji di tahun kemarin dan akan menunaikan ibadah haji lagi di tahun ini.Dengan maksud agar mendapat gelar haji da di puji oleh orang lain.Dan masih bayak lagi contoh-contoh yang lainnya .
Efek negatif riya yang paling dominan dalam amal islami adalah tertundanya banyak pekerjaan dan terjadinya akumulasi biaya pekerjaan yang besar. Maka, manakala kita mengetahui dampak negatifnya yang begitu besar, baik secara individu maupun kolektif, menjadi sebuah kewajiban bagi kita untuk menghilangkan dan memusnahkan sifat ini dari diri kita.
Contoh Perilaku Riya :
1. Seseorang yang telah bersedekah kepada yayasan,dan meminta ketua yayasan supaya orang yang bersedekah tadi disebutkan/di umumkan kepada orang lain,ahwa dirinya telah bersedekah.
2. Seseorang yang memiliki kecerdasan yang luar biasa dan memamerkannya/menonjolkannya kepada semua orang.
3. Orang yang telah menunaikan ibadah haji di tahun kemarin dan akan menunaikan ibadah haji lagi di tahun ini.Dengan maksud agar mendapat gelar haji da di puji oleh orang lain.Dan masih bayak lagi contoh-contoh yang lainnya .
F. Cara Mencegah Perilaku Riya
Diantara solusi agar kita terhindar dari perbuatan riya’ adalah sebagai
berikut:
1.
Mengetahui jenis-jenis amalan yang diperuntukkan untuk dunia
dan mengetahui jenis-jenis riya’ serta factor-faktor
pendorong perbuatan riya’
2.
Mengetahui keagungan Allah Azza wa Jalla.
3.
Mengenal/mengetahui apa yang telah Allah persiapkan untuk
akhir kehidupan.
4.
Takut dari beramal untuk kepentingan dunia.
0 komentar:
Posting Komentar